PERMAINAN
ANAK
OLEH
: ROSTINI BANJARNAHOR
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP )
ALFAYED
BATAM
2016
Kata Pengantar
Penulis mengucapkan puji
dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkkatnya sehingga penulis
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Secara khusus kepada Bapak yang telah membagikan ilmunya
sehingga makalah yang berjudul “ Permainan Anak“ bisa terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah berikutnya.
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca, khususnya mahasiswa, calon guru yang akan bertugas mencerdaskan
bangsa.
Batam, Juli 2016
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang................................................................................................ 3
1.2
Rumusan
Masalah.......................................................................................... 4
1.3
Tujuan
Penelitian.......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Jenis Landasan Pendidikan................................................... 5
2.2 Judul
Tari................................................................................................... 7
2.3 Tema Tri............................
....................................................................... 8
2.4 Simbol
Tari................................................................................................ 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 14
3.2
Saran............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pentingnya
bermain bagi kepribadian telah diakui secara universal, karena merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia, baik bagi anak maupun orang dewasa. Hal ini
diperkuat oleh Smith, 1995 dalam Tedjasputra, 2003 bahwa melalui bermain, anak
akan belajar mengenai banyak hal dan melalui bermain keterampilan anak-anak
akan berkembang, yaitu dalam asfek fisik, motorik, kognitif, social serta
emosinya. Ahli-ahli filsafat, seperti Plato dan Aristoteles, serta ahli-ahli
pendidikan, seperti Comenius, Rousseau, Pestalozi dan Froebel menekankan
pentingnya bermain sebagai kegiatan alamiah pada masa kanak-kanak dan sebagai
alat untuk belajar. Mengapa demikian? Karena melalui bermain anak-anak dapat
merangsang penginderaan mereka, belajar bagaimana menggunakan otot-otot
tubuhnya, mengkoordinasikan penglihatan dengan gerakannya, meguasai tubuhnya
dan memperoleh keterampilan baru.
Namun,
dengan mempertimbangkan pengakuan universal dan pentingya bermain, tampaknya
sungguh paradoksal bahwa masih ada yang sering mempertanyakan atau memerlukan
pembenaran mengenai pentingnya bermain bagi seorang anak. Sementara anak tidak
perlu membuktikan mengapa ia perlu bernafas atau makan, kebutuhannya akan
bergerak dan bermain sering dipertanyakan oleh orang dewasa yang percaya bahwa
belajar atau berkembang merupakan suatu transformasi yang tidak ada kaitannya
dengan bermain. Kontroversi mengenai pentingnya bermain atau peranan khusus
bermain dapat timbul disebabkan oleh cara-cara yang berbeda dalam
mengartikannya. Apakah sebetulnya bermain itu?
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
- Pengertian bermain, manfaat
bermain dan jenis-jenis bermain
- Bagaimana cara bermain dan
belajar kreatif?
- Peran serta pendidik dalam
permainan anak
- Bagaimana menyediakan fasilitas
yang tepat untuk bermain
C. Tujuan
Tujuan
dibuatnya makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Permainan
anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian bermain, manfaat bermain dan jenis-jenis bermain
Beberapa
ahli psikologi dan sosiologi mengemukakan pandangan mereka sebagai berikut :
- Anak mempunyai energi berlebih
karena terbebas dari segala macam tekanan, baik tekanan ekonomi maupun
sosial, sehingga ia mengungkapkan energinya dalam bermain (Schiller dan
Spencer)
- Melalui kegiatan bermain,
seorang anak menyiapkan diri untuk hidupnya kelak jika telah dewasa.
Misalnya, dengan bermain peran secara tidak sadar ia menyiapkan diri untuk
peran atau pekerjaannya di masa depan (Karl Gross)
- Melalui bermain, anak melewati
tahap-tahap perkembangan yang sama dari perkembangan sejarah umat manusia
(Teori Rekapitulasi ). Kegiatan-kegiatan seperti lari, melempar, memanjat
dan melompat, merupakan bagian dari kehidupan sehari-haridari generasi ke
generasi (Stanley Hall )
- Anak bermain (berekreasi) untuk
membangun kembali energi yang telah hilang. Bermain merupakan medium untuk
menyegarkan badan kembali (revitalisasi) setelah bekerja berjam-jam
(Lazarus)
- Melalui kegiatan bermain, anak
memuaskan keinginan-keinginannya yang terpendam atau tertekan. Dengan
bermain anak seperti mencari kompensasi untuk apa yang tidak ia peroleh
dalam kehidupan nyata, untuk keinginan-keinginan yang tidak mendapat pemuasan
(Mazhab Psikoanalisis)
- Bermain juga memungkinkan anak
melepaskan perasaan-perasaan dan emosi-emosinya, yang dalam realitas tidak
dapat diungkapkannya.
- Kepribadian terus berkembang
dan untuk pertumbuhan yang normal, perlu ada rangsangan (stimulus) dan
bermain memberikan stimulus ini untuk pertumbuhan (Appleton)
Dari
berbagai pandangan ini dapat disimpulkan bahwa pada umumnya para pakar sepakat
bahwa bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai
perkembangan yang utuh baik fisik, intelektual, social, moral dan emosional.
Bermain
sangat digemari oleh anak-anak pada masa prasekolah dan pada umumnya sebagian
besar waktu mereka digunakan untuk bermain. Para ilmuwan telah melakukan
berbagai penelitian dan diperoleh temuan bahwa bermain mempunyai manfaat besar
bagi perkembangan anak, baik dalam fisik, motorik, kognitif, bahasa dan sosial
serta emosional. Mainan atau bermain tertentu secara bersamaan memiliki
berbagai manfaat, jadi tidak hanya mempunyai manfaat tunggal saja.
1. Manfaat Bermain
dalam Perkembangan Fisik
Salah satu ciri dari anak usia pra
sekolah adalah seneng bergerak, dan secara fisik ia aktif seklai untuk
beraktivitas. Melalui bermain maka ia dapat menyalurkan energi tubuhnya yang
sedang senang bergerak sehingga ia pun memperoleh kepuasan dan tidak merasa
dirinya dikekang. Dengan bergerak naik-turun tangga, berlarian di sekitar
ruangan, jumpalitan, melompat, meloncat, meniti, bermain perosotan, bermain
ayunan dan seterusnya maka otot-otot tubuhnya pun menjadi kuat dan tubuhnya
menjadi sehat.
Ada manfaat ganda yang diperoleh
anak dari kegiatan fisik semacam ini, ia akan merasa lebih percaya diri karena
mampu melakukan berbagai gerakan dan memudahkannya untuk berbaur dengan sesama
anak. Batas dirinya dengan orang lain akan hilang karena anak-anak ini
melakukan kegiatan yang menyenangkan, ia lupa bahwa anak yang baru dijumpainya
di lokasi bermain adalah orang asing. Mereka akan tertawa bersama sambil
bermain dan pertemanan pun akan berlanjut. Guru pun dapat memanfaatkan situasi
ini sebagai upaya dalam melakukan pendekatan terhadap anak, maka sangatlah
bijaksana bila guru mampu memahami kebutuhan anak-anak ini untuk bergerak
bebas, apalagi setelah berjam-jam mereka harus duduk mengerjakan tugas di dalam
kelas.
2. Manfaat Bermain
dalam Perkembangan Motorik
Sumbangan bermain terhadap
perkembangan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus sudah sangat
jelas. Bila kita perhatikan anak menjelang usia dua tahunan bermain dengan
berlari-lari kecil maka selanjutnya di usia tiga tahunan anak tersebut sudah
terampil berlari. Beda halnya dengan anak yang kurang diberi kesempatan untuk
melakukan aktivitas ini, gerakan berlarinya nampak canggung sekalipun usianya
sudah tiga tahun. Hal ini berlaku pula dalam aktivitas lain yang membutuhkan
gerakan motorik kasar, sperti melompat, meloncat, meniti dan berjumpalitan.
Bila anak-anak diberi kesempatan untuk melakukannya, maka mereka akan lincah
bergerak.
Dalam hal perkembangan motorik
halus, anak-anak dapat dilatih keterampilannya melalui berbagai aktivitas yang
menunjang. Beberapa kegiatan yang menunjang antara lain mencoret-coret di
kertas, yang akan berkembang menjadi coretan benang kusut, kemudian menjadi
garis lurus, lengkung dan seterusnya. Sekalipun kematangan motorik mempunyai peranan
besar tetapi tanpa latihan yang dilakukan melalui bermain maka perkembangan
motorik tidak berkembang dengan pesat.
3. Manfaat
Bermain dalam Perkembangan Kognitif
Asfek kognitif berkaitan dengan daya
ingat, daya tangkap, daya memahami suatu informasi, pengetahuan yang dikuasai
seseorang, daya nalar, daya analisis, daya imajinasi, dan daya cipta atau
kreativitas (Reber, 1995). Melalui bermain anak akan belajar berbagai
pengetahuan dan konsep dasar. Pengetahuan akan konsep-konsep ini jauh lebih mudah
diperoleh melalui kegiatan bermain, sebab rentang waktu dan perhatian anak
masih terbatas. Cara terbaik untuk dan yang paling tepat untuk memperkenalkan
berbagai pengetahuan dan konsep dasar adalah melalui bermain. Misalnya untuk
memperkenalkan konsep warna dilakukan sambil bermain melempar bola ke keranjang
biru dan seterusnya. Daya cipta misalnya dapat dikembangkan melalui bermain
konstruktif. Anak diminta untuk menyusun sejumlah balok atau kepingan-kepingan
plastik untuk membentuk sesuatu atau menggambar berdasarkan imajinasinya.
Pengetahuan alam sekitar dapat
diperkenalkan melalui tumbuh-tumbuhan, hewan, serangga yang hidup di lingkungan
anak. Sambil bermain di kebun atau di lapangan, mereka dapat memetik
pengetahuan mengenai lingkungannya. Dengan demikian, anak dapat memperoleh
pengetahuan tidak hanya dari buku yang dibacanya atau dari cerita guru di dalam
kelas saja melainkan melalui pengalaman langsung dengan melihat, mengamati,
mendengar, memegang, meraba dan mencium secaralangsung benda-benda tersebut.
4. Manfaat
Bermain dalam Perkembangan Bahasa
Menurut Vygotsky (Owens, 1996)
Bahasa merupakan faktor penting untuk dikuasai manusia karena perkembangan
intelektual seorang anak terkait dengan bahasa. Bahasa membantu anak
mengarahkan pikiran, menajamkan ingatan, melakukan kategorisasi, dan
mempelajari hal-hal baru sehingga kemampuan berpikir anak semakin meningkat.
Pada usia empat tahun diharapkan
anak sudah dapat menggunakan lebih dari seribu kata dan di usia enam tahun
menggunakan 2600 kata dan mampu memahami 20.000 kata (Owens, 1996). Sejak usia
satu setengah tahun anak dapat mempelajari sekitar 9 kata baru setiap harinya
(Rice dalam Papalia et all., 2004). Kriteria tersebut tidak berlaku mutlak,
tetapi dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam membantu perkembangan bahasa
pada anak.
Penguasaan kosa kata dan kemampuan
berbicara diperoleh dari interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya. Teman
sebaya merupakan agen penting bagi anak untuk mengembangkan kemampuan bahasanya
yang pada umumya di dapat melalui kegiatan bermain. Bermain bersama-sama dengan teman akan memberikan kesempatan pada
anak untuk berkomunikasi satu sama lain, kosa kata serta pengetahuan baru pun
ia peroleh. Selain itu ada permainan yang mempunyai fungsi mengembangkan
kemampuan bahasa, antara lain melalui buku cerita, bermain khayal, bermain
kata-kata dan masih banyak lagi.
5. Manfaat
Bermain dalam Perkembangan Sosial
Di usia pra sekolah, anak perlu
belajar dengan orang tua atau pengasuhnya. Perpisahan dengan orang tua, atau
pengasuhnya tidak akan begitu dirasakan oleh anak bila dilakukan dalam situasi
bermain yang menyenangkan hatinya. Sebaliknya, melalui bermain pula, anak akan
semakin mahir bersosialisasi dengan orang lain dan teman-teman sebayanya.
Bersosialisasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat berbaur dengan
orang lain, menyesuaikan diri dengan kegiatan dan kebiasaan kelompok, dan
dengan segala macam orang yang memiliki karakterisatik unik. Anak pun belajar
untuk berbagi dengan sesama teman, menunggu giliran sehingga ia belajar untuk
bersabar diri. Kemampuan memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan
kehidupan anakpun akan ia temukan. Misalnya bagaimana ia harus mencari upaya
agar barang yang menjadi miliknya tidak dirampas begitu saja oleh anak lain dan
sebaliknya. Bagaimana aturan permainan harus dibuat agar pertengkaran dapat
dihindari. Melalui bermain ia akan belajar berkomunikasi dengan sesama teman,
baik dalam hal mengemukakan pikiran, pendapat, perasaannya, maupun memahami apa
yang disampaikan oleh teman sehingga hubungan dapat terbina dan anak-anak
saling bertukar informasi.
6. Manfaat
Bermain dalam Perkembangan Emosi dan Kepribadian
Bermain merupakan suatu kegiatan
yang sudah ada dengan sendirinya pada setiap anak dan menjadi kebutuhan mereka.
Melalui bermain anak dapat melepaskannya ketegangan-ketegangan yang diambiulnya
karena banyaknya larangan yang harus ia hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Sekaligus ia dapat memenuhi kebutuhan dan dorongan dari dalam diri yang tidak
mungkin terpuaskan dalam kehidupan nyata sehingga setidaknya akan membuat anak
merasa lega serta rileks.
Dari kegiatan bermain bersama teman
maka ia dapat menilai dirinya sendiri. Apa yang menjadi kelebihannya sehingga
dapat membantu pembentukan konsep diri yang positif, yaitu mempunyai rasa
percaya diri dan harga diri. Anak akan belajar bagaimana harus bersikap dan
bertingkah laku agar dapat bekerja sama dengan orang lain, bersikap jujur,
murah hati, tulus dan sebagainya.
Menurut Papalia et al, secara garis
besar kegiatan bermain pada anak usia 4 – 6 tahun dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kategori, yaitu bermain fungsional, bermain konstruktif dan bermain
khayal. Pengelompokkan ini didasarkan atas kompleksitas perkembangan kognitif
seseorang.
a. Bermain
fungsional
Bermain fungsional sudah
dimulai pada usia bayi dan merupakan bentuk bermain yang paling sederhana bila
ditinjau dari tingkat perkembangan kognitif Piaget (tahap sensorimotor), yang
dimaksud dengan bermain fungsional adalah kegiatan bermain yang ditandai dengan
gerakan otot(mascular) yang berulang-ulang. Menurut Jonhson et.al.(1999)
kegiatan bermain semacam ini disebut sebagai motor play karena membutuhkan
keterampilan motor atau fisik untuk melakukannya misalnya menggelindingkan atau
memantulkan bola ke lantai. Setelah keterampilan motorik kasar anak bertambah
baik maka anak-anak usia pra sekolah akan melakukan gerakan berlari-larian, melompat,
meloncat, melempar, menendang, memanjat, meniti, berdiri di atas satu kaki atau
melompat dengan satu kaki, mengendarai sepeda roda dua, dan sebagainya. Selain
aktivitas yang membutuhkan otot kasar (motorik kasar), anak-anak pun akan
mengembangkan kemampuan halusnya (motorik halus).
Berdasarkan pengertian
bermain fungsional maka aktivitas bermain ini akan menambah kekuatan fisik,
otot tubuh dan keterampilan motorik kasar. Secara tidak lansung kegiatan ini
akan berdampak pada perkembangan kepribadian anak. Karena anak merasa mampu
melakukan berbagai macam gerakan, ia menjadi lebih percaya diri dan tidak
canggung-canggung untuk melibatkan diri dalam kegiatan bermain bersama dengan
teman sebaya. Bermain fungsional merupakan dasar dari kemampuan berolahraga
yang bisa ditekuni anak di kemudian hari.
b. Bermain
konstruktif
Ditinjau dari
kompleksitas perkembangan kognitif, bermain konstruktif adalah kegiatan bermain
yang lebih kompleks dibandingkan bermain fungsional (Papalia. et.al., 2004).
Bermain konstruktif adalah kegiatan bermain yang menggunakn objek atau bahan
tertentu untuk membentuk sesuatu misalnya, membangun rumah-rumahan dari
balok-balok atau kardus bekas, menggambar, melukis, membentuk lilin mainan
ataupun play dough, dan sebagainya. Menurut Jonhson (Papalia et.al., 2004) anak
usia 4 tahun yang berada di TK ataupun tempat penitipan anak menghabiskan lebih
dari separuh waktunya untuk melakukan kegiatan semacam ini dan kegiatannya
semakin terelaborasi pada anak usia 5 – 6 tahun.
Kegiatan bermain
konstruktif merangsang kreativitas serta imajinasi anak, ia harus dapat
membayangkan bentuk yang akan dibuat, cita rasa seni pun dibutuhkan sehingga
hasilnya enak dilihat. Keterampilan motorik halus pun akan terasah melalui
aktiviytas ini. Ketekunan serta konsentrasi juga diperlukan sehingga kegiatan
bermain konstruktif sangat sarat dengan berbagi manfaat. Mengingat kemampuan
anak berkembang secara bertahap, tidaklah mengherankan bila hasil karyanya
terlihat belum indah di mata orang dewasa. Yang penting anak mau mencoba dan
menikmati kegiatan bermain konstruktif. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan jenis ini, yaitu sebagai berikut :
1). Anak perlu diberi kesempatan untuk
mau melakukannya. Mengingat setiap anak adalah unit maka sangat besar
kemungkinannya ada anak yang kurang menyukai kegiatan bermain konstruktif. Maka
tugas orang dewasalah untuk dengan sabar membujuk dan menggiring anak agar mau
melakukannya.
2). Mengingat perkembangan kognitif
anak berada pada tahap praoperasional dengan ciri egosentris maka sangat
dimungkinkan hasil karya anak bila ditinjau dari bentuknya tidak atau kurang
sesuai dengan tema yang ia sebutkan. Misalnya bangunan yang dibentuk ari
balok-balok disebut oleh anak sebagi roket, padahal bentuknya sama sekali tidak
sesuai. Gambar mobil yang sudah dibuatnya dengan susah payah tiba-tiba
dicoret-coret dengan warna hitam dengan alasan “mobilnya terbakar”. Kondisi ini
harus ditanggapi secara positif dan anak tidak patut dipersalahkan. Orang
dewasa harus melihanya dari kaca mata anak. Yang penting anak menikmati
kegiatannya dan merasa puas serta bahagia karena jerih payahnya dihargai oleh
orang lain.
3). Ada anak yang unggul dalam jenis
kegiatan bermain yang satu tetapi kurang unggul dalam kegiatan bermain jenis
lainnya.
c. Anak bereksperimen
dengan benda-benda yang diperlakukan secara destruktif, yaitu melempar,
memecahkan, menendang, menyobek-nyobek, atau membanting sesuatu. Suara dari
sesuatu yang runtuh, roboh, jatuh, pecah, dan sebagainya memberikan pengalaman
yang menyenangkan bagi anak. Ia akan menyusun suatu menara dan merobuhkannya
kembali. Ia dapat merusak sesuatu karena ingin tahu bagaimana sesuatu bekerja.
Kadang-kadang anak merusak sesuatu tanpa niat untuk merusaknya. Misalnya
menggunting rambut boneka, karena ia sendiri bari saja dipotong rambutnya.
Tentu saja permaina destruktif ini tidak selalu bisa ditolerir orang dewasa,
namun orang tua sebaiknya berusaha memahami tingkah laku anak.
d. Bermain
kreatif
Bermain kreatif dapat
mengikuti tahap bersksperimen dengan material untuk membuat benda-benda. Dalam
bermain kreatif, anak menggunakn imajinasinya, pikirannya, dan pertimbangannya
untuk mencipta sesuatu, atau membuat kombinasi-kombinasi baru dari komponen-komponen
alat permainan (misalnya pada permainan lego atau Lasy) atau menggunakan
bahan-bahan yang tidak terpakai lagi (daur ulang) dengan material yang
tersedia, ia menggambar, melukis, membuat pola-pola sebagi ungkapan
perasaannya. Apa yang diciptakan seorang anak mungkin tidak jelas bagi orang
dewasa; hanya anak dapat menjelaskannya sendiri.
B. Bermain dan belajar kreatif
Dalam proses belajar kreatif
digunakan baik proses berpikir divergen (proses berpikir yang menghasilkan
banyak ide-ide pemecahan masalah) maupun proses berpikir kovergen (proses
berpikir mencari jawaban tunggal yang paling tepat).
Pendidikan formal sampai saat ini
terutama melatih berpikir konvergen, sehingga kebanyakan anak terhambat dan
tidak mampu menghadapi masalah-masalah yang menuntut imajinasi, pemikiran, dan
pemecaham masalah secara kreatif. Betapa pun pentingya belajar awal pada usia
prasekolah, bermain kreatif juga tak kurang maknanya.Sedangkan bermain dan
berimajinasi dianggap kurang penting. Padahal bermain dapat memberikan anak
perasaan dan pengalaman positif akan keberhasilan dan prestasi. Kesempatan
bermain kreatif sangat berarti dalam memungkinkan perkembangan imajinasi dan
pemecahan masalah.Bermain kreatif mempunyai bebrapa fungsi yang berguna dalam
hidup anak.
C. Bagaimana menyediakan fasilitas yang tepat untuk bermain
Hal ini meliputi pokok-pokok sebagai
berikut :
1.
Situasi sosial: kesempatan untuk belajar dari anak-anak lain
dengan berbagi pengalaman dengan mereka.
2.
Bahan permainan: mencakup bahan-bahan alamiah (pasir, air, tanah
liat dan sebagainya), balok-balok dan alat permainan konstruktif, alat-alat
musik,alat-alat rumah tangga, alat-alat permainan yang besar, seperti ayunan
atau luncuran.
3.
Obyek-obyek yang merangsang alat-alat indra: penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencecapan.
4.
Media cetak dan elektronik: buku, peta, ensiklopedia, kaset,
film, alat pemotret, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan suatu aktivitas
yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh baik fisik, intelektual,
sosial moral dan emosioanl. Bermain mempunyai manfaat besar bagi perkembangan
anak, diantaranya dalam perkembangan fisik, perkembangan motorik, perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan kepribadian.
Agar terciptanya bermain dan belajar kreatif tentunya peran oran tua sangat
berpengaruh selain peran guru. Disamping itu para guru atau orang tua perlu
menyediakan fasilitas yang tepatuntuk bermain diantaranya dengan memperhatikan
beberapa pokok yaitu: situasi sosial, bahan permainan, obyek-obyek yang
merangsang alat indra, media cetak dan elektronik, suasana dan iklim.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan
:
1.
Orang tua perlu diberi informasi tentang pentinya bermain dan
makna alat permainan.
2.
Orang tua perlu mengetahui pilihan alat permainan yang tepat dan
sesuai dengan umur anak.
3.
Orang tua dapat dilibatkan dalam pembuatan atau produksi alat
permainan yang edukatif dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Djumali,dkk.2008.Permaianan tradisisonal:FKIP.UMS
SNP(STANDAR
NASIONAL PENDIDIKAN)
http://sischa-dhea.blogspot.com/2010/12/landasan-pendidikan-sekolahdasar.html
http://sulipan.wordpress.com/2009/10/02/permaianan pengertian-dan-jenis-bermain http://www.tuanguru.com/2012/10/penilaian-pedagogik-kegiatan-pembelajaran-yang-mendidik.html
http://sulipan.wordpress.com/2009/10/02/permaianan pengertian-dan-jenis-bermain http://www.tuanguru.com/2012/10/penilaian-pedagogik-kegiatan-pembelajaran-yang-mendidik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar